Proposalku...
Peran Da’wah Melalui Internet
Dalam Menghadang Faham Syi’ah
Oleh: Zulfikar Sayf Maula
1. Latar belakang masalah:
"Sampaikan dariku walau-pun sat ayat", hadits ini adalah anjuran bagi ummat untuk senantiasa berdakwah dan berbagi pengetahuan kepada sesama, menyempatkan diri kapanpun dan dimanapun. Hal ini juga sebagai bentuk tanggung jawab moral yang sangat mendasar bagi umat Islam, segala daya dan upaya melakukan dakwah.
Sejarah da’wah telah dimulai sejak di utusnya Nabi Adam (‘alaihis salam) di muka bumi, kemudian disusul nabi-nabi selanjutnya, di antaranya Nuh, Ibrahim, Musa, ‘Isa (‘alaihimus salam) dan Muhammad (shalallahu ‘alaihi wa sallam) yang mashur dengan istilah ‘ulul ‘azmi, merekalah yang telah mengukir prestasi besar, berdakwah dengan sangat provesional
Nabi Muhammad (shalallahu ‘alaihi wa sallam) dan para sahabat (radhiyallahu ‘anhum) pun tak kalah hebat dalam berdakwah, semuanya telah menorehkan prestasi emas, perjuangan mereka dalam dakwah, menyeru kepada al haq adalah suatu yang tak tebantahkan. Menurut Sayyid Quthb, kisah da’wah ilallah dalam Al Qur’an dan kisah para nabi, mencerminkan parade keimanan (maukabul iman) di jalan yang membentang panjang, serta mengantarkan ketujuan, kemudian sambutan manusia dipaparkan juga generasi demi generasi.[2]
Persoalan yang kita hadapi sekarang adalah tantangan dakwah yang semakin luas dan hebat, terutama di Indonesia, baik yang bersifat internal maupun eksternal Islam. Tantangan itu muncul dalam berbagai bentuk kondisi masyarakat modern sekarang ini, ditambah pesatnya kemajuan alat-alat teknologi informasi seperti; radio, MP 4, heandphon, televisi, VCD, internet, dan sebagainya.
Tidak asing lagi, akhirnya di negeri yang beradab dan beragama ini, maksiat semakin merajalela, pengusung faham sesat juga tak mau kalah, tak ketinggalan mempromosikan kesesatannya. Sekularisme, liberalism, pluralism dan komunisme menyatu dalam barisan itu, ditambah syi’ah yang terus menghancurkan Islam dari dalam.
Mudahnya sistim informasi, membuat semuanya telah terkontaminasi dalam kebebasan yang tak kenal batas, sehingga menjamah wilayah yang semakin luas dan menjarah semakin banyak generasi muda dan remaja yang kehilangan jati diri dan miskin iman serta ilmu. Hal ini semakin buruk dan mencemaskan perkembangannya karena hampir tidak ada lagi jarak antara satu sama lain.
Maka dari itu, dakwah harus terus dilakukan, dengan berbagai sarana tanpa menabrak apa yang sudah ditentukan syari’at, sarana ini pun dapat berubah sesuai pada zamannya. Proses dakwah tidak cukup lagi terbatas pada dakwah bil-lisan, tapi harus diperluas dengan dakwah bil-hal, bil-kitaabah (lewat tulisan) dan sebagainya. Media elektronik yang juga dapat menjadi wahana atau sarana dakwah perlu dimiliki oleh umat Islam, apalagi setelah munculnya internet tahun 1969 dan berlahan-lahan menjadai media paling ampuh di dunia, para da’i akhirnya harus juga mampu terjun ke dunia da’wah yang berbau teknologi sepert ini.
Awalnya, internet hanya digunakan untuk keperluan militer Amerika Serikat saja, hanya menghubungkan 4 situs, di mana mereka membentuk satu jaringan terpadu di tahun 1969 tersebut. Tidak lama kemudian proyek ini berkembang pesat di seluruh daerah, dan semua universitas di negara tersebut ingin bergabung.
Tahun 1957, Uni Soviet meluncurkan wahana luar angkasa, Sputnik. Sementara tahun 1958, sebagai buntut dari "kekalahan" Amerika Serikat dalam meluncurkan wahana luar angkasa, dibentuklah sebuah badan di dalam Departemen Pertahanan Amerika Serikat, Advanced Research Projects Agency (ARPA), yang bertujuan agar Amerika Serikat mampu meningkatkan ilmu pengetahuan dan teknologi negara tersebut. Salah satu sasarannya adalah teknologi komputer.
Pada tahun 1982, Istilah "Internet" pertama kali digunakan, dan TCP/IP diadopsi sebagai protokol universal untuk jaringan tersebut. Name server mulai dikembangkan, sehingga mengizinkan para pengguna agar dapat terhubung kepada sebuah host tanpa harus mengetahui jalur pasti menuju host tersebut. Tahun ini tercatat ada lebih dari 1000 buah host yang tergabung ke Internet.
Tahun 1986, di perkenalkan sistem nama domain, yang sekarang di kenal dengan DNS (Domain Name System) yang berfungsi untuk menyeragamkan sistem pemberian nama alamat di jaringan komputer. Tahun 1992, komputer yang saling tersambung membentuk jaringan sudah melampaui sejuta komputer, dan di tahun yang sama muncul istilah surfing the internet. Tahun 1994, situs internet telah tumbuh menjadi 3000 alamat halaman, dan untuk pertama kalinya virtual-shopping atau e-retail muncul di internet. Dunia langsung berubah. Di tahun yang sama, Yahoo! didirikan, yang juga sekaligus kelahiran Netscape Navigator 1.0.[3]
Internet, sebagai bagian dari media informasi yang berkembang saat ini, merupakan peluang, tantangan dan ladang yang semakin luas saja bagi para juru dakwah. Sangat disayangkan, jika media-media yang ada (termasuk internet) hanya diwarnai dengan informasi-informasi atau tulisan-tulisan tak bermutu, apalagi digunakan sebagai sarana maksiat, ditambah lagi penyusupan faham sesat.[4]
Di Indonesia khususnya, kebebasan internet rupanya banyak juga digunakan aliran-aliran atau faham sesat yang menyusup lewat media yang satu ini. Mula-mula adalah liberalisme, situs-situsnya banyak tersebar di dunia maya, mereka memutar balikkan sejarah, menggempur aqidah, juga mengobrak-abrik hukum-hukum fiqh.
Syi’ah lewat situs-situs, blog dan jejaring sosial lainya juga sudah memenuhi dunia maya, pengaruhnya cukup besar, di dunia mayalah mereka bersatu, tanpa harus kucing-kucingan dengan model taqiyahnya, di sanalah pengusung faham ini bergabung, bukan hanya sebatas sekala nasional saja, namun internasional, mereka yang berada di Iran, Iraq, Yaman, Mesir, London dan lainnya, terus bergerilya, mencari mangsa.
Maka terjadi pendakalan terhadap faham mayoritas penduduk Indonesia, sunnah dikikis berlahan-lahan. Menyadari itu semua, peran da’wah semakin dibutuhkan, da’i tak bisa hanya khotbah dari masjid ke masjid, namun juga terjun ke dunia maya, membentengi aqidah umat, mengajaknya pada jalan yang lurus, mencegahnya berbuat yang munkar.
Syi’ah bukan hanya semata-mata sesat, faham ini juga mengajarkan kebencian mendalam terhadap ahlus sunnah, tak jarang dalam setiap acara mereka selalu menghujat dan memaki para sahabat, Abu Bakar, ‘Umar, ‘Utsman (radhiyallahu ‘anhum) di hinakan, bahkan ‘Aisyah (radhiyallahu ‘anha) di katakan keledai kecil.
Ajaran kebencian telah tertanam dalam sanubari mereka, sehingga tak segan-segan dalam prakteknya bisa saja mereka membunuh, menghabisi setiap nawasib atau ahlus sunnah, bagi mereka nawashib adalah musuh pertama, tak layak hidup, dunia hanya milik syi’ah.
Penghianatan syi’ah sangat panjang dalam sejarah Islam, hajarul aswad pernah di congkel dan dibawa dari Ka’bah. Pembunuhan demi pembunuhan terjadi, tragedi terakhir yang masih menjadi teka-teki adalah kematian presiden Libanon beberapa tahun lalu, kelompok Hizbulloh sayap militer syi’ah yang disebut-sebut juga bertanggung jawab, malah mengelak habis-habisan, seperti ketakutan[5].
Melihat bahaya yang semakin menganga, maka situs-situs pembela sunnah pun muncul satu-persatu di dunia maya, mereka saling bahu-membahu dalam menghadang faham syi’ah, diantaranya situs qiblaty.com, syi’ahindonesia.com dan hakekat.com, yang masyhur adalah situs hakekat.com.
Sepak terjangnya sudah lama dan masih eksis hingga sekarang, walaupun tantangan sangat berat, bahkan sempat dijadikan fitnah dan dianggap penghasut antara umat Islam lainnya. Dengan kondisi yang ada, situs ini mampu menunjukkan eksistensinya dalam da’wah, khusunya yang menghadang faham syi’ah.
“Peran Da’wah Melalui Internet Dalam Menghadang Faham Syi’ah” (Studi Kasus Situs hakekat.com) adalah judul yang diambil peneliti, startegi apa saja yang di pakai oleh situs ini?, pengalaman luasnya patut di jadikan pelajaran bagi generasi selanjutnya, sehingga para juru da’wah tidak terus terjatuh dalam kesalahan yang sama, apalagi terjebak oleh penghianatan syi’ah.
Satu ciri yang perlu dicatat, dalam pekerjaannya, situs ini selalu menyamarkan identitas penulis-penulis artikelnya, dan ini bukanlah menjadikannya kekurangan, justru itulah strategi ampuh dalam menghadang faham syi’ah, ketertutupan pengelolaan harus dilakukan agar eksistensi situs terus dapat dimanfaatkan oleh umsat atau masyarakat Indonesia tercinta.
2. Perumusan dan pembatasan masalah:
Dalam merumuskan masalah, penulis membatasi penelitian pada peranan da’wah melalui internet, khususnya yang menghadang faham syi’ah. Kemudian penulis mengerucutkan lagi, dengan mengambil studi kasus situs www.hakekat.com. Adapun pertanyaan yang perlu dijawab melalui peneltian sebagai pembatasan masalah adalah sebagai berikut:
Bagaimanakah peranan dakwah melalui internet dalam menghadang faham syi’ah yang dilakukan situs www.hakekat.com?
3. Tujuan penelatian:
Penulis dalam memilih judul juga memeliki tujuan yang dipaparkan sebagai berikut;
Untuk mengetahui peranan da’wah melalui internet dalam menghadang faham syi’ah yang dilakukan situs www.hakekat.com.
4. Manfaat penelitian:
4.1. Secara teoritis:
1. Sebagai perluasan wawasan peneliti, terkait disiplin ilmu da’wah.
2. Sebagai gambaran atau contoh penelitian, terkait dengan media internet sebagai media dakwah untuk menghadang faham syi’ah.
4.2. Secara praktis:
1. Sebagai bahan bacaan atau rujukan terkait dengan syi’ah di Indonesia.
2. Sebagai salah satu cara untuk mendapatkan gelar Sarjana Kominkasi Islam (S. Kom. I) di Sekolah Tinggi Ilmu Da’wah Muhammad Natsir.
5. Metode Peneletian:
5.1. Metode dan Pendekatan:
Dalam peneletian ini, penulis menggunakan pendekatan peneletian lapangan (field research) yang objeknya sudah ditentukan sebelumnya, itu juga setelah mempertimbangkan relevansi antara teknik pengumpulan data, sumber data tempat informasi diperoleh, sifat data yang dicari dan tujuan yang ingin dicapai oleh penulis.[6]
Kemudian dengan mengambil metode kualitatif atau kuantitatif untuk mendapatkan informasi dan fakta yang berhubungan dengan masalah yang dibahas. Penulis memilih menggabungkan antara keduanya agar penelitian menjadi lebih mendalam, sebab setiap metode memiliki kekuranan dan keunggulan yang berbeda, namun dengan itu justru saling melengkapi proses penelitian.[7]
Teknik pengumpulan datanya disimpulkan melalui tiga tahap berikut pengamatan, pertanyaan dan pengukuran yang biasa digunakan.[8], kemudian dilakukan melalui beberapa cara. Pertama: melalui penelitian kepustakaan, yaitu dengan cara mencari data melalui buku, laporan ilmiah, internet, dokumen, surat kabar, majalah dan sumber lain yang akan dihubungkan dengan kasus yang menjadi tema penulis. Kedua: melalui wawancara yang dilakukan kepada pengelola situs hakekat.com dan pengguna yang selalu mengakses situs tersebut. Ketiga: melalui observasi ke situs hakekat.com.
5.2. Pengolahan Data:
Untuk mendapatkan kesimpulan yang baik mengenai objek penelitian, data yang telah dikumpulkan akan diklasifikasi dan dianalisa. Sehingga pelaksanaannya tidak sebatas pengumpulan data saja, namun juga perlu menganalisa data tersebut.
5.3. Teknik Analisa Data:
Dalam hal ini, penulis akan menggunakan metode deskriftif, ini sesuai dengan keadaan nyata sekarang objek yang akan diteliti,[9] caranya dengan mengumpulkan pendapat atau sikap suatu kelompok, melakukan komunikasi langsung dengan responden dan alat-alat survey deskriptif.
6. Sistimatika Penulisan:
Dalam proses penulisan skripsi, penulis membagi penulisan dalam tujuh bab sebagai sistimatika penulisannya, uraian tersebut adalah;
Bab I : Pendahuluan, terdiri atas Latar Belakang Masalah, Pembatasan dan Perumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Metode Penelitian dan Sistimatika Penulisan.
Bab II : Landasan Teoritis, Dakwah yang menjelaskan pengertian dakwah, media dakwah dan yang berkaitan, Seluk Beluk Internet dan yang berkaitan.
Bab III : Gambaran Umum Dakwah Melalui Internet Dalam Menghadang Faham Syi’ah, yang menjelaskan beberapa situs yang juga melakukan penghadangan faham syi’ah melalui internet unuk perbandingan, diantaranya; qiblaty,com dan syi’ahindonesia.com, Provil Situs hakekat.com dan Syi’ah, terutama sekali penulis akan mengangkat beberapa situs milik syi’ah, seperti icc-jakarta.com dan jalal-center.com
Bab IV : Peranan Situs hakekat.com dan Analisa, pada bab ini penulis menjelaskan peranan penting situs ini, kemudian dilanjutkan dengan menganalisa peran tersebut berdasarkan fakta yang ada pada situs.
Bab V : Kesimpulan dan Penutup, pada bab akhir ini, penulis memuat point-point kesimpulan yang telah didapatnya melalui proses panjang, kemudian penutup dengan beberapa himbauan.
[1] Lihat Muhammad bin ‘Isa At Tirmizi, Jami’ At Tirmizi, Riyadh: Darus Salam, 1999, hal. 605
[2] Lihat Sayyid Qutb, Tafsir Fi Zhilalil Qur’an, terj. Aunur Rafiq, Jakarta: Rabbani Press, jil. I, 2000, hal. 105
[3] http://Wikipedia.com
[4] Liaht Aep Kusnawan, Berdakwah Lewat Tulisan, Bandung: Mujahid Press, 2004, hal. 24-25
[5] http://m.jpnn.com/news.php?id:81914
[6] Lihat Muhammad Ziyad et all, Panduan Penulisan Skripsi, Jakarta: Sekolah Tinggi Ilmu Dakwah Muhammad Natsir, 2006, hal. 7
[7] Lihat Sugiyono, Metode Penelitian Pendidkan, Bandung: ALFABETA, 2008, hal. 37
[8] Lihat Consuelo G. Sevilla at all, Pengantar Metode Penelitian, terj. Alimuddin Tuwu, Jakarta: Penerbit Universitas Indoneia, 1993, hal. 198
[9] Ibid, hal. 71
Posting Komentar