"Aku Ingin Jadi Raja"

"Aku Ingin Jadi Raja"


♫♪♪Aku ingin jadi raja♪♫♪, itulah lagu plesetan yang sering dinyanyikan adik-adik kelas dipesantrenku dahulu, sangat kreatif bukan? tidak tahu dari mana mereka dapatkan, yang jelas mereka akan menyanyikannya, bila beberapa teman sekelasku menyuruh mereka untuk mengambil air, nasi, meminjam uang , alat tulis, meminta makanan dan lalin tetek bengek yang sebenarnya juga kurasakan saat menjadi adik kelas diawal-awal menjadi santri di pesantren.
Awalnya aku tidak faham dengan apa yang mereka nyanyikan, namun semakin sering mereka nyanyikan, aku semakin tertarik untuk mengetahui lagu siapa sebenarnya? Sebab dalam pengamatanku, hamper tidak ada lirik yang sama seperti itu pada lagu-lagu yang menjadi tren saat itu. Pada Munir, adik kelas yang sering menyanyikannya ku tanyakan, ia menjawab tidak menjawab, hanya tersenyum-senyum, sambil melirik-lirik pada teman sesame adik kelas yang mendengar pertanyaanku.
Aku berfikir keras, sebenarnya hanya penasaran, apalagi Munir dan Hanan salah satu temannya sering menyanyikannya sambil tertawa, seperti bahagia dan menarik sekali, apalagi seperti dibumbui rasa humor yang tinggi, lambat laun aku pasrah, hanya mengamati saja kelakuan adik-adik kelasku itu, yang jelas mereka akan menyanyikannya saat pagi, ketika waktu makan tiba dan mereka akan disuruh oleh beberapa temanku sebagai kakak kelas yang mendapat amanah untuk membimbing menyuruh mereka mengambil nasi di dapur, kemudian aku pun mengerti betapa besar hati adik-adikku itu, menyampaikan kritiknya dengan sangat lembut.
Sesungguhnya itulah kedewasaan dizaman yang memang terbolak-balik, betapa banyak orang dewasa yang menganggap remeh adik-adik mereka, kemudian meyuruh mereka seenak udel, adik-adik itu seakan adalah pelayan atau bahan permianan, tak ubahnya orang-orang jahiliyah sebelum Islam hadir dimuka bumi, seperti halnya wanita yang ditelantarkan, anak-anak diperlakukan seperti robot, disuruh dan disuruh, diperintah dan diperintah, seakan mereka tak punya hak untuk sekedar menikmati masa kecil  yang amat penting, mempelajari hal-hal sesuai kemampuan mereka, bukan keterpaksaan yang menghasulkan pemberontakan.
Ketika harus belajar pada jenjang pendidikan yang lebih tinggi, aku pun berpindah pesantren, kali ini pesantren setaraf universitas, masyarakat biasa menyebut ma’had ‘ali, nyanyian Munir dan Hanan itu terulang lagi dalam benakku, saat harus berhadapan dengan teman yang usianya memang diatasku, begitu juga badan dan tingginya, namun dalam kelas kami selevel, kelakukannya membuatku dan beberapa teman tidak menyukainya, terkadang kami berfikir; apakah boleh membenci sudara seiman, meninggalkan tanggung jawab untuk mengingatkannya.
Suatu saat, ketika waktu makan tiba dan semua teman yang lainnya duduk dibangku, ia datang kemudian mengambil piring, karena piring itu masih basah karena baru saja dicuci, dia memukulkannya dengan keras kemeja, kami faham niatnya hanya ingin menghilangkan bekas air yang ada, namun karena terlalu kuat, maka yang terjadi piring yang pecah, piringnya memang terbuat dari bahan plastik yang sangat rentan, tapi setahuku hanya dia yang sampai memecahkan, dan itu berulang kali dilakukan, entahlah sepertinya ada kelaian yang dialaminya.

Dilain waktu, saat tiba jadwal kamar untuk ronda yang satu jam saja, dan kami membagi tugas sesuai kerangka yang ditentukan ketua kemar, anak ini tidak mau berangkat dan memilih tugas yang dekat dengan kamar, kemudian tentunya lebih leluasa untuk terlelap tidur. Kelakuannya membuat kami teman sekamarnya panas, caranya berkomunikasi sangat keras, kemudian secara diam-diam untuk selanjutnya, aku pun mempelopori untuk mejulukinya “Sayyid”, artinya tuan atau raja dalam bahasa Indonesia, sebagai kritik saja atas sikapnya yang memang berkelakuan raja, menganggap kita yang lain tak berarti, kecuali dia.
Sekarang, aku harus menyelesaikan jenjang sarjanah, karena ma’had ‘ali itu belum terakreditasi oleh pemerintah, aku harus berpindah dengan beberapa catatan, salah satunya mengharuskanku untuk tinggal diasrama, itu bukan masalah bagiku, sebab asrama sudah menjadi bagian hidupku sejak mts di pesantren, yang menjadi masalah adalah masih saja ada teman yang berkelakuan seperti raja.
Jadwal piket kebersihan asrama, hanya beberapa saja yang terlihat rajin mengerjakan, sampah-sampah berserakan, hampir satu bulan kebih, pasca liburan semester, sudut-sudut asrama benar-benar kotor, tidak ada yang bergerak, sampai ketika Pak Firdaus, puket bidang kemahasisiwaan datang dari survey lapangan KKN, beliau menggap-menggap melihat keadaan, sebelumnya sudah diadakan gotongroyong, namun tetap saja kotor lagi, bahkan tak tampak sama sekali hasilnya.
Hal lainnya yang mirip kelakuan raja adalah teman-teman yang tidak mau memasak, siapa mereka, sehingga harus dimasakkan, kalau tidak dimasakkan, maka nasi kami yang memasak, akan dimakan, aneh bukan?, benar-benar raja. Yang lebih aneh, piring-piring didapur habis, tak tersisa, padahal diawal kedatangan kami, banyak terlihat prirng didapur, sekarang tak tampak kecuali satu dua, itu pun masih kotor, tidak langsung dicuci setelah dipakai, sangat tidak bertanggung jawab. Kejadian terakhir, seorang teman yang memerlukan piring, mendapati tiga piring kotor sekaligus disebuah kamar, penghuni kamar tak merasa malu sama sekali, sangat naïf di sekolah tinggi ilmu dakwah, namun mahasisiwanya berkelakuan raja.
Fakta-fakta diatas adalah sebagian kecil saja yang dapat dituangkan penulis, selebihnya, kelakuan raja masih saja dimiliki banyak anak negri, gaya mereka saja menolak pemerintahan berbentuk kerajaan, namun kelakuan mereka tak ubahnya raja, bahkan lebih hina. Rakyat yang katanya berdaulat penuh, hanya menerima kemiskinan yang semakin memiskinkan.

Share this product :

Posting Komentar

Sample Text

silahkan membaca, kemudian jangan lupa berikan komentarmu, apapun komentarmu, minumnya teh sosro terus, aku suka produk Indonesia...

Recent Posts

Arsip Blog

 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Copyright © 2011. Jual Beli Parkit Online - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger